Minggu, 25 November 2012

asal mula keramat beringin kuning



Asal Mula Keramat Beringin Kuning
Dahulu kala ada tujuh bersaudara yaitu, Rio Selik, Rio Pijar, Rio Getting, Rio Bass, Rio Mamboa, Rio Ulung, dan Rio Sende. Mereka pergi ke Palembang utuk mengadu ayam dengan kerajaan seberang. Sesampainya di Palembang, mereka diterima dengan baik dengan para Sutan disana. Ketika mulai bertanding maka malamnya ayam ketujuh bersaudara ini menang dalam pertandingan. Atas kemenangan mereka, mereka dijanjikan mendapat hadiah oleh Sutan, tetapi sutan minta tempo/waktu karena ayamnya kalah terus. Ke tujuh bersaudara ini menyanggupi, dan sambil menunggu janji yang dijanjikan oleh Sunan maka diantara ketujuh bersaudara itu yaitu Rio Sende minta suatu senjata dengan Sunan berupa pedang, Sunan pun bertanya dengan Rio Sende, “Untuk apa senjata ini?” Rio Sende menjawab, “ Senjata ini untuk aku bawa ke pantai panjang (tebing penyamun)”. Dengan pikiran buruk Sunan memberi senjata itu kerena dia berharap kalau Rio Sende itu nanti mati di tebing Penyamun, maka hutang atau janji hadiah yang dijanjikan itu tidak ada yang bayar. Sudahnya  ke tujuh bersaudara ini minta lagi kepada Sutan untuk membawa anak buah sunan atau hulubalang, sunan pun menyanggupi semuanya apa yang diminta ketujuh bersaudara ini dan langsung berangkat menuju tebing penyamun atau pantai panjang. Sesampainya di pantai panjang tidak lama lewatlah seorang manusia membawa butea dan celurit. Melihat ini ketujuh bersaudara ini langsung menebas pedang ke orang yang lewat tadi. Tak ayal lagi maka semua isi perutnya berserakan di rumput lalang. Hati mereka merasa puas, maka diulangnya kembali menebas pedang keorang yang tadi, tetapi orangnya melompat ke tengah laut, maka selamatlah ia. Sesudah kejadian itu mereka pulang ke tempat Sunan. Sesampainya terdengar hulubalang cerita dengan Sunan bahwa orang Lebong itu kuat. Sunan pun balik bertanya, mengapa kamu bisa berkata seperti itu. Hulubalang menjawab orang keramat saja dibunuhnya.

evaluasi konstruksi



B. konstruksi
Kaidah penulisan soal ditinjau dari segi konstruksi adalah:
1.      Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas.
Artinya bahwa hal yang hendak ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran ganda dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap butir soal. Jika tanpa melihat pilihan jawaban, siswa dapat mengerti maksud/pernyataan pada pokok soal, maka dapat disimpulkan bahwa pokok soal tersebut sudah jelas.
2.      Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan. Artinya perumusan atau pernyataan yang tidak diperlukan harus dihilangkan.
3.      Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban. Artinya bahwa pada pokok soal tidak boleh terdapat kata/ kelompok kata atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4.      Pokok soal tidak menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya bahwa pada pokok soal jangan menggunakan dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan interpretasi siswa terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan kata negatif ganda diperbolehkan kalau yang ingin diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
5.      Gambar/ garfik/ tabel/ diagram dan sejenisnya jelas dan berfungsi. Artinya jika pada soal terdapat gambar/ grafik/ tabel/ diagram/ atau yang sejenisnya yang menyertai soal yang ditanyakan, maka gamabr/ grafik/ tabel/ diagram atau yang sejenisnya, harus jelas, terbaca, dan dapat dimengerti oleh siswa. Jika soal tersebut tetap dapat dijawab tanpa melihat gambar/ grafik/ tabel/ atau yang sejenisnya, berarti gambar/ grafik/ tabel/ tersebut tidak berfunsi. Dalam hal terakhir ini tidak perlu dipakai gambar/ grafik/ tabel/ diagram, dan sejenisnya.
6.      Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan siswa untuk memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
7.      Pilihan jawaban yang menggunakan pernyataan yang berbunyi, “Semua jawaban diatas salah” atau “Semua jawaban diatas benar”, dan sejenisnya. Dengan adanya pilihan jawaban seperti tersebut, maka secara materi pilihan jawaban sudah berkurang satu, karena jawaban tadi bukan merupakan materi yang ditanyakan.
8.      Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau secara kronologis. Pengurutan angka dilakukan dari angka kecil ke angka besar, atau sebaliknya, dan pengurutan waktu berdasarkan kronologis waktu. Pengurutan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan siswa melihat pilihan jawaban.
9.      Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya akan mengakibatkan siswa yang tidak dapat menjawab soal pertama, tidak akan dapat menjawab soal berikutnya.

jenis-jenis paragraf jurnalistik



E. JENIS-JENIS PARAGRAF JURNALISTIK
Paragraf berdasarkan jenisnya, dikelompokkan kedalam: (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf campuran, (4) paragraf perbandingan, (5) paragraf pertanyaan, (6) paragraf sebab-akibat, (7) paragraf contoh, (8) paragraf perulangan, dan (9) paragraf definisi (tarigan, 1981:30-34).
1.      Paragraf deduktif
Paragraf yang dimulai dengan kalimat utama disusul dengan penjelsaan atau uraian secara lebih perinci dengan mengikuti pola urutan pesan dari umum ke khusus, disebut paragraf deduktif.
2.      Paragraf induktif
Paragraf yang dimulai dengan kalimat penjelas yang menekankan bagian-bagian atau unsur-unsur terkecil disusul dengan penjelasan bagian-bagian yang lebih besar kemudian diakhiri dengan kesimpulan atau kalimat penegas, disebut paragraf induktif. Dalam paragraf induktif urutan pesan dimulai dari khusus ke umum.
3.      Paragraf campuran
Paragraf campuran sesungguhnya merupakan gabungan beberapa unsur paragraf deduktif dan paragraf induktif. Bahasa jurnalistik, kurang menyukai paragraf campuran karena cenderung menyulitkan pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk cepat mengambil kesimpulan mengenai pokok pikiran yang terdapat dalam suatu paragraf.
4.      Paragraf perbandingan
Suatu paragraf disebut sebagai paragraf perbandingan apabila kalimat utama yang biasanya ditempatkan pada awal paragraf, membandingkan dua hal mengenai unsur-unsur sifat atau keadaan yang tedapat didalamnya.
5.      Paragraf pertanyaan
Yang disebut paragraf pertanyaan adalah paragraf yang bertujuan untuk mempertanyakan atau menggugat sesuatu dengan mengajukan kalimat pertama atau kalimat kedua diawal paragraf jurnalistik.
6.      Paragraf sebab-akibat
Paragraf yang disusun berdasarkan urutan logis disebut paragraf sebab-akibat. Artinya, kalimat utama dalam paragraf dikembangkan kedalam urutan sebab dan akibat.
7.      Paragraf contoh
Paragraf yang disusun dengan menunjukkan banyak contoh pada kalimat utama, kalimat pengembang, dan kalimat penjelas, disebut paragraf contoh.
8.      Paragraf perulangan
Paragraf yang melakukan perulangan kata, istilah, frasa, atau klausa, dalam susunan kalimat yang berbeda tetapi masih dalam satu paragraf jurnalistik yang sama, disebut paragraf perulangan. 


9.      Paragraf definisi
Paragraf yang menunjukkan suatu istilah atau konsep pada kalimat utama dan istilah atau konsep itu masih memerlukan uraian serata penjelasan perinci pada kalimat-kalimat berikutnya, disebut paragraf definisi.



F. KUALITAS PARAGRAF JURNALISTIK
Manurut seorang pakar bahasa, kriteria kualitas paragraf menunjuk kepada enam hal, yaitu (1) isi paragraf berpusat hanya pada satu hal saja, (2) isi paragraf relevan dengan isi karangan, (3) paragraf harus menyatu dan padu, (4) kalimat topik harus dikembangkan dengan jelas dan sempurna, (5) struktur paragraf harus bervariasi, dan (6) paragraf tertulis dalam bahasa indonesia yang benar dan baik (tarigan, 1981:36). Dalam buku ini, sesuai dengan perspektif bahasa jurnalistik, saya tambahkan tiga lagi sehingga jumlahnya menjadi sembilan, yaitu (7) singkat dan padat, (8) logis dan sistematis, dan (9) memiliki karakter yang khas.
1.      Satu hal saja
Paragraf jurnalistik yang baik hanya memusatkan bahasan pada satu hal atau satu ide saja. Seorang penulis atau jurnalis, ibarat sedang memotret, harus dapat mengambil objek bidikannya secara fokus. Dengan pemotretan terfokus dan sudut pengambilan yang tepat, maka gambar yang dihasilkan akan terlihat tajam, tegas, jelas, dan berkarakter.
2.      Relevan
Relevan artinya berkaitan atau sesuai dengan pokok bahasan. Tidak meyimpang dari topik. Paragraf yang baik harus mencerminkan keseluruhan isi paparan karya jurnalistik yang disusun dan disajikan oleh penulis atau jurnalis (Sumadiria, 2004:31).
3.      Menyatu dan padu
Paragraf jurnalistik harus memenuhi prinsip kesatuan (unity) dan prinsip pertautan (coherence). Prinsip kesatuan mencakup tiga unsur. Sifat, isi, tujuan. Artinya, masalah apapun yang kita kupas dalam karya jurnalistik tidak boleh keluar dari koridor ini.
4.      Jelas dan sempurna
Kalimat utama yang terdapat dalam paragraf jurnalistik harus dikembangkan dan diperinci dengan jelas dan sempurna. Tidak boleh terjadi, kalimat-kalimat yang ada dalam satu paragraf menunjukkan adanya pertentangan dengan kalimat utama atau bahkan menegasikannya.
5.      Harus bervariasi
Paragraf jurnalistik harus bervariasi. Ini syarat mutlak. Tak bisa ditawar-tawar lagi. Variasi pada jurnalistik terletak pada pilihan kata atau diksi, penempatan frasa atau klausa.
6.      Benar dan baik
Bahasa jurnalistik merujuk sekaligus tunduk kepada kaidah bahasa baku. Pertama, bahasa jurnalistik harus benar menurut kaidah tata bahasa. Kedua, bahasa jurnalistik juga harus baik menurut pertimbangan situais dan kondisi sosiologis, psikologis, dan etis.
7.      Singkat padat
Singkat berarti hanya menggunakan kata-kata yang penting, terukur, fungsional. Singkat dengan demikian bisa diartikan tidak boros kata-kata, seperlunya saja. Sedangkan padat, berarti sarat informasi.
8.      Logis dan sistematis
Seluruh uraian yang terdapat dalam paragraf jurnalistik harus logis. Logis berarti sesuai dengan atau dapat diterima menurut pertimbangan akal sehat (common sense). Logis kata-katanya,logis frasa dan kalausanya, logis kalimat-kalimatnya. Kelogisan itu juga tersaji secar sistematis. Sistematis berarti deretan kata dan kalimat yang terdapat dalam setiap paargraf jurnalistik, tertata dengan baik, runtut, bagaikan aliran air sungai dari hulu ke hilir.
9.      Memiliki karakter khas
Karakter itu hanya mungkin muncul dalam paragraf-paragraf jurnalistik apabila kita sebagai penulis atau jurnalis, sejak awal memiliki dan mengembangkan karakter atau gaya penulisan yang khas.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA



TEKNIK PENGUMPULAN DATA


OLEH:
RATIH ADE LESTARI
A1A010072

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Susetyo, M.Pd.



PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penulis telah menyelesaikan tugas mata kuliah penelitian pengajaran sastra dengan membahas  teknik pengumpulan data dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan bapak susetyo , sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.


                                                                                                Bengkulu, 02 November 2012


                                                                                                                        Penulis






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
b.      Rumusan Masalah
c.       Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
a.      Kesimpulan
b.      Saran
DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Suatu kegiatan penelitian tentulah bertujuan untuk mendapatkan hasil yang kongkrit dan pasti. Hasil-hasil yang di dapat oleh seorang peneliti dalam meneliti suatu masalah di dapat dari suatu proses pengumpulan data. Banyak cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data  yang akurat, dan dapat sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan atau dibuat oleh peneliti.
Setiap penelitian pasti berbeda-beda, dan didasari dari perbedaan-perbedaan penelitian inilah muncul berbagai cara dalam pengumpulan data. Menurut Susetyo dalam bukunya Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Tindakan Kelas, Instrumen sebagai alat pengumpulan data harus betul-betul dirancang dan dibuat sebaik-baiknya sehingga menghasilkan data yang empiris.
Maka, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai teknik pengumpulan data serta instrumen-instumennya.

B.      Rumusan Masalah
1.      Tentang teknik pengumpulan data!
2.      Apa saja Metode dan Instrumen pengumpulan data?
3.      Contoh Instrumen penelitian!
4.      Beberapa Skala pengukuran?

C.      Tujuan
Penulis menulis makalah berjudul Teknik Pengumpulan Data bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Penelitian Pengajaran Bahasa dan Sastra, dan agar materi ini dapat membantu pembaca dalam menentukan dan menyusun teknik dan instrumen dalam pengumpulan data.








BAB II
PEMBAHASAN
·         TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Seorang peneliti memerlukan suatu teknik pengumpulan data yang mana yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliabel. Kita tidak dapat mencantumkan semua teknik pengumpulan data ( angket, observasi, wawancra) kalau sekiranya tidak dapat dilaksanakan. Setiap teknik pengumpulan data yang dicantumkan harus ada datanya. Dalam pengumpulan data peneliti memiliki sumber-sumber didapatkan nya data-data tersebut, jenis sumber data: pengambilan data yang dihimpun langsung oleh peneliti disebut sumber primer, sedangkan apabila melalui tangan kedua disebut sumber sekunder.
·         Metode Pengumpulan Data
ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainnya.

·         Instrumen Pengumpulan Data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatanya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen yang diartikan sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, contohnya: angket (questionnaire), daftar cocok (checklist), skala (scala), pedoman wawancara (interview guide atau inteview schedule), lember pengamatan atau panduan pengamatan (obseration sheet atau obsevation schedule), soal ujian ( soal tes atau tes[test] inventori [inventory]), dan sebagainya.
Kaitan antara metode dan instrumen pengumpulan data dapat dilihat seperti berikut:
no
Jenis metode
Jenis instrumen
1
Angket (questionnaire)
a.      Angket (questionnaire)
b.      Daftar cocok (checklist)
c.       Skala (scala)
d.      Inventori (inventory)
2
Wawancara (interview)
a.      Pedoman wawancara (inteview guide)
b.      Daftar cocok (checklist)
3
Pengamatan (observation)
a.      Lembar pengamatan
b.      Panduan pengamatan
c.       Panduan observasi (observation sheet atau observation schedule)
d.      Daftar cocok (checklist)
4
Ujian atau tes (test)
a.      Soal ujian (soal tes atau tes[test])
b.      Inventori (inventory)
5
Dokumentasi
a.      Daftar cocok (checklist)
b.      Tabel

Beberapa instrumen pengumpulan data akan dibahas sebagai berikut:
1.      Angket (Questionnaire)
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisisan daftar pertanyaan. Angket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: angket terbuka dan angket tertutup.
a.      Angket terbuka (angket tidak berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian dengan kehendak dan keadaannya.
Keuntungan angket terbuka :
1)      Bagi responden: mereka dapat mengisi sesuai dengan keinginan yang sesuai dengan keadaaan yang dialaminya.
2)      Bagi peneliti: akan mendapat data yang bervariasi, bukan hanya yang sudah disajikan karena sudah diasumsikan oleh peneliti.
b.      Anket tertutup ( angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atan tanda checklist (  ).
c.       Checlist atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Checklist dapat menjamin bahwa peneliti mencatat tiap-tiap kejadian sekecil apapun yang dianggap penting.

2.      Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara, responden, pedoman wawancara dan situasi wawancara.
Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan menjadi:
a.      Wawancara terpimpin, dalam wawancara ini, pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun.
b.      Wawancara bebas, pada wawancara ini, terjadi tanya jawab bebas antara pewawancara dan reponden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Kebaikan wawancara ini adalah responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai.
c.       Wawancara bebas terpimpin, wawancara ini merupakan perpaduan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Dalam pelaksanananya, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.

3.      Pengamatan (observation)
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang adadialam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil.
Tambahan: catatan anekdot (daftar catatan anekdot) adalah catatan peneliti mengenai segala sesuatu yang terjadi pada saat pengamatan berlangsung. Peristiwa atau sesuatu yang dianggap penting dicatat dengan singkat tanpa harus menuruti aturan tertentu.

4.       Tes (test)
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Ada beberapa macam tes instrumen pengumpulan data, antara lain:
a.      Tes kepribadian
Tes kepribadian adalah tes yang digunakan untuk mengungkapkan kepribadian seseorang.
b.      Tes bakat
Tes bakat (talent test) adalah tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.
c.       Tes prestasi
Tes prestasi (achievement test) adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
d.      Tes inteligensi
Tes inteligensi adalah tes yang digunakan untuk membuat penaksiran atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang diukur inteligensinya.
e.      Tes sikap
Tes sikap (attitude test) adalah tes yang digunkan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.



5.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.

·         Instrumen Penelitian
Pada penelitian kuantitatif, umumnya peneliti menggunakan instrumen (alat ukur) untuk mengumpulkan data, sedangkan penelitian kualitatif (naturalistik) peneliti lebih banyak menjadi instrumen sebab dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan kunci dari instrumen itu sendiri (key instruments).
·         Skala pengukuran
Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis-jenis skala pengukuran ada empat, yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala ratip.
1.      Skala nominal
Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya. Ada pun ciri-ciri skala nominal antara lain: hasil penghitungan dan tidak dijumpai bilangan pecahan, angka yang tertera hanya label saja, tidak mempunyai urutan (ranking), tidak mempunyai ukuran baru, dan tidak menpunyai nol mutlak. Tes statistik yang digunakan ialah statistik nol parametrik.
 Contoh data nominal:
(1)   Jenis kulit: hitam 1, kuning 2, putih 3. Angka 1, 2, 3, hanya sebagai label.
(2)   Agama yang dianut: 1 islam, 2 kristen, 3 hindu, 4 budha, dan lain-lainnya.
2.      Skala ordinal
Skala ordinal ialah skala yang didasarkan pada rangking diurutkan dari jenjang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Analisis statistik yang digunakan ialah statistik non parametrik.
3.      Skala interval
Skala interval ialah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Analisis statistik yang digunakan adalah uji statistik parametrik.
4.      Skala rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur manusia dan ukuran timbangan keduanya tidak memiliki angka nol negatif. Artinya seseorang tidak dapat berumur dibawah nol tahun dan seseorang harus memiliki timbangan diatas nol pula. Contoh yang lain adalah berat badan, tinggi pohon, tinggi badan manusia, jarak, panjang, barang, nilai ujian dan sebagainya. Analisis statistik yang cocok adalah: hampir sama dengan skala interval. Tes statistik yang digunakan ialah tes statistik parametrik.

·         Model Skala Pengukuran
Selain empat jenis skala pengukuran tersebut, ternyata skala interval yang sering digunakan untuk mengukur gejala dalam penelitian sosial. Para ahli sosiologi mebedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala sosial yang diukur, yaitu:
1.      Skala pengukuran untuk mengukur prilaku susila dan kepribadian. Termasuk tipe ini adalah: skala sikap, skla moral, tes karakter, skala partisipasi sosial.
2.      Skla pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial. Termasuk tipe ini adalah: skala mengukur status sosial ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (sosial), kemasyarakatan, kondisi rumah tangga, dan lain sebagainya.

§  Skala Sikap
Dari model atau tipe skala pengukuran tersebut, maka dalam pembahasan ini hanya dikemukakan skala untuk mengukur sikap. Perkembanagn ilmu sosiologi dan psikologi, maka instrumen penelitian akan lebih menekankan pada pengukuran sikap, yang menggunakan skla sikap. Bentuk-bentuk skala sikap yang perlu diketahui dalam melakukan penelitian. Berbagai skala sikap yang sering digunakan ada lima macam, yaitu: 1. Skala likert, 2. Skala guttman, 3. Skala simantict deferensial, 4. Skala rating scale, 5. Skala thurstone.










BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Kita tidak dapat mencantumkan semua teknik pengumpulan data ( angket, observasi, wawancra) kalau sekiranya tidak dapat dilaksanakan. Setiap teknik pengumpulan data yang dicantumkan harus ada datanya. Dalam pengumpulan data peneliti memiliki sumber-sumber didapatkan nya data-data tersebut, jenis sumber data: pengambilan data yang dihimpun langsung oleh peneliti disebut sumber primer, sedangkan apabila melalui tangan kedua disebut sumber sekunder.
Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainnya.
Instrumen yang diartikan sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, contohnya: angket (questionnaire), daftar cocok (checklist), skala (scala), pedoman wawancara (interview guide atau inteview schedule), lember pengamatan atau panduan pengamatan (obseration sheet atau obsevation schedule), soal ujian ( soal tes atau tes[test] inventori [inventory]), dan sebagainya.
skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis-jenis skala pengukuran ada empat, yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala ratip. Selain empat jenis skala pengukuran tersebut, ternyata skala interval yang sering digunakan untuk mengukur gejala dalam penelitian sosial. Para ahli sosiologi mebedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala sosial yang diukur, yaitu: Skala pengukuran untuk mengukur prilaku susila dan kepribadian. Termasuk tipe ini adalah: skala sikap, skla moral, tes karakter, skala partisipasi sosial. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial. Termasuk tipe ini adalah: skala mengukur status sosial ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (sosial), kemasyarakatan, kondisi rumah tangga, dan lain sebagainya.

B.      Saran
Makalah ini bertujuan untuk memberikan materi dan pengetahuan mengenai teknik pengumpulan data. Maka penulis menyarankan pembaca dapat memilih dan menentukan teknik apa yang baik bagi pembaca saat melakukan penelitian.







DAFTAR PUSTAKA
Susetyo. 2010. Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Tindakan Kelas. Bengkulu: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.