BAHASA,
TEKS, KONTEKS, DAN KO-TEKS
DISUSUN
OLEH:
AYU
BRAMITHA D. B.
AMELIA
RAHAYU
RATIH
ADE LESTARI
DOSEN
PENGAMPU:
Dra.
Ngudining Rahayu,M.Hum.
PROGRAM
STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. bahwa
penulis telah menyelesaikan tugas mata kuliah wacana bahasa indonesia dengan
membahas BAHASA, TEKS, KONTEKS, DAN KO-TEKS dalam
bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan ibu
Ngudining Rahayu selaku dosen pengampu , sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi teratasi.
Semoga materi ini dapat bermanfaat
dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi
penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Bengkulu,
02 November 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
b.
Rumusan Masalah
c.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
a.
Tentang Bahasa
b.
Tentang Teks
c.
Tentang Konteks
d.
Tentang Ko-Teks
BAB III PENUTUP
a.
Kesimpulan
b.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
wacana merupakan unit kebahasaan yang
lebih besar dari pada kalimat dan klausa dan mempunyai hubungan antara unit
kebahasaan yang satu dengan yang lain. Atau dengan kata lain, wacana merupakan
satuan bahasa terlengkap; dalam hirarki gramatikal tertinggi atau terbesar.
Wacana ini direalisasikan dalam bentuk wacana yang utuh.
Bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Teks
adalah bahasa yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan
tugas tertentu (menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi,
berlainan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan
di papan tulis. Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks.
Secara garis besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks
linguistik dan konteks ekstralinguistik.
Maka,
dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai bahasa, teks, konteks,
dan ko-teks.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
itu bahasa?
2. Apa
itu teks?
3. Apa
itu konteks?
4. Apa
itu ko-teks?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah
ini ialah, penulis ingin menyelesaikan tugas dari mata kuliah Wacana Bahasa
Indonesia, dan penulis berharap makalah ini mampu membuat kita memahami dan
mengklasifikasi antara bahasa, teks, konteks, dan ko-teks dengan benar dan
tepat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Tentang Bahasa
Kata bahasa dalam
bahasa indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga
sering kali membinggungkan. Menurut Kridalaksana Bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
1.
Hakikat
bahasa
Dari definisi
Kridalaksana mengenai bahasa di atas maka dapat dibutiri menjadi beberapa ciri
atau sifat yaitu (1) Bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud
lambang, (3) bahasa berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa
itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat
konvensional, (7) bahasa itu bersifst unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9)
bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu
bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan (13)
bahasa itu merupakan identitas penuturnya.
2.
Klasifikasi
Bahasa
Suatu klasifikasi
yang baik harus memenuhi persyaratan nonarbitrer, ekshaustik, dan unik. Yang
dimaksud dengan nonarbitrer adalah bahwa kriteria klasifikasi itu boleh
semaunya, hanya harus ada satu kriteria. Tidak boleh ada kriteria lainnya.
Dengan kriteria yang hanya satu ini, yang nonarbitrer, maka hasilnya akan
ekshauistik. Artinya, setelah klasifikasi dilakukan tidak ada lagi sisanya;
semua bahasa yang ada dapat masuk ke dalam salah satu kelompok. Selain itu,
hasil klasifiksai juga harus bersifat unik. Maksudnya, kalau suatu bahasa sudah
masuk ke dalam salah satu kelompok., dia tidak bisa masuk lagi dalam kelompok
yang lain.
Yang terpenting yang
bisa disebutkan disini adalah satu pendekatan genetis, pendekatan tipologis,
pendekatan areal, dan pendekatan sosiolonguistik. Pendekatan genetis hanya
melihat garis keturunan bahasa itu; hasilnya disebut klasifikasi genetis atau
geneologis. Pendekatan tipologis mengunakan kesamaan-kesamaan tipologi, entah
fonologi, morfologi, maupun sintaksis untuk membuat klasifikasi. Hasilnya
disebut klasifikasi tipologis. Pendekatan areal menggunakan pengaruh timbal
balik antara suatu bahasa dengan bahasa yang lain untuk membuat klasifikasi.
Hasilnya disebut klasifikasi areal. Sedangkan pendekatan sosiolinguistik
membuat klasifikasi berdasarkan hubungan bahasa itu dengan keadaan masyarakat.
Hasilnya disebut klasifikasi sosiolinguistik.
B. Tentang
Teks
Teks adalah bahasa
yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu
(menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi, berlainan dengan
kata-kata atau kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis.
Bentuknya bisa percakapan dan tulisan (bentuk-bentuk yang kita gunakan untuk
menyatakan apa saja yang kita pikirkan). Hal penting mengenai sifat teks ialah
bahwa meskipun teks itu bila kita tuliskan tampak seakan-akan terdiri dari
kata-kata dan kalimat, namun sesungguhnya terdiri dari makna-makna. Memang
makna-makna atau maksud yang ingin kita sampaikan kepada orang lain haruslah
dikodekan dalam tuturan lisan atau kalimat-kalimat supaya dapat
dikomunikasikan.
Teks merupakan produk, dalam arti
bahwa teks itu merupakan keluaran (output) ; sesuatu yang dapat direkam atau
dipelajari (berwujud). Teks juga merupakan proses, dalam arti merupakan proses
pemilihan makna yang terus-menerus, maksudnya ketika kita menerima atau memberi
informasi dalam bentuk teks (lisan atau tulis) maka tentunya di dalam otak kita
terjadi proses pemahaman (pemilihan makna) terhadap informasi tersebut, jangan
sampai terjadi kesalahpahaman. Adapun kriteria teks sebagai berikut:
Kriteria yang bersifat internal teks:
·
Kohesi:
kesatuan makna
·
Koherensi:
kepaduan kalimat (keterkaitan antarkalimat)
Kriteria yang bersifat eksternal teks:
·
Intertekstualitas:
setiap teks saling berkaitan secara sinkronis atau diakronis.
·
Intensionalitas:
cara-cara atau usaha-usaha untuk menyampaikan maksud atau pesan pembicaraan
melalui sikap bicara, intonasi, dan ekspresi wajah. Intensionalitas berkaitan
dengan akseptabilitas (penerimaan
informasi).
·
Informativitas:
kuantitas dan kualitas informasi.
·
Situasionalitas:
situasi tuturan.
C. Tentang Konteks
Konteks adalah
sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar, konteks
wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteks
ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur
bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan kata depan, kata sifat, kata
kerja, kata kerja bantu, dan proposisi positif. Konteks ekstralinguistik adalah
konteks yang bukan berupa unsur-unsur bahasa. Konteks ekstralinguistik itu
mencakup praanggapan, partisipan, topik atau kerangka topik, latar, saluran,
dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang berpartisipasi dalam
peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup penutur, mitra tutur. dan
pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta peristiwa beradanya komunikasi.
Saluran adalah ragam bahasa dan sarana yang digunakan dalam penggunaan wacana.
Kode adalah bahasa atau dialek yang digunakan dalam wacana. Halliday dan Hasan
(1992: 14) menandai konteks bahasa / koteks itu sebagai konteks internal wacana
(internal discourse context) sedangkan segala sesuatu yang melingkupi wacana,
baik konteks situasi maupun konteks budaya sebagai konteks eksternal
wacana(external discourse contex). Senada dengan uraian di atas, Saragih dalam
Persfektif LFS (2006: 4), juga memaparkan bahwa konteks merupakan wahana
terbentuknya teks. Tidak ada teks tanpa konteks. Konteks mengacu pada segala
sesuatu yang mendampingi teks.
Menurut Kridalaksana, konteks
merupakan ciri-ciri alam di luar bahasa; lingkungan/ situasi tuturan
berlangsung yang menumbuhkan makna pada ujaran; lingkungan nonlinguistik dari
wacana. Menurut Moelyono dan Soenjono, konteks wacana dibentuk oleh berbagai
unsur, seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik,
peristiwa, bentuk, amanat, dan kode. Unsur-unsur itu berhubungan pula dengan
unsur-unsur yang terdapat dalam setiap komunikasi bahasa, antara lain:
Latar : tempat dan waktu terjadinya
percakapan.
Peserta : peserta percakapan yakni
pembicara (penyapa) dan pendengar (pesapa).
Hasil : hasil dan tujuan percakapan.
Amanat: bentuk dan isi amanat.
Cara : cara percakapan dilakukan, dengan
semangat, santai atau tergesa-gesa.
Sarana : penggunaan bahasa lisan atau tulis;
variasi bahasa yang digunakan.
Norma : perilaku peserta percakapan.
Jenis : mengacu pada kategori seperti
sajak, teka-teki, kuliah, dan doa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa konteks adalah segala sesuatu yang melingkupi teks. Teks dan konteks
merupakan sesuatu yang selalu berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Makna yang
terealisasi dalam teks merupakan hasil interaksi pemakai bahasa dengan
konteksnya, sehingga konteks merupakan wacana
terbentuknya teks.
Macam-Macam Konteks
Secara garis besar konteks dapat dipilih menjadi dua
kategori , yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.
1. Konteks
linguistik
Konteks linguistik merupakan konteks wacana atau
lingkungan wacana yang berupa unsur bahasa yang mencakup:
a.
Penyebutan depan.
Penyebutan depan adalah lingkungan linguistik yang berupa
bagian wacana yang disebut terdahulu <perior-mention> sebelum bagian teks
yang lain. Dari penyebutan itulah status sebuah acuan <suatu yang
dimaksudkan> dapat terwujud dan dapat dikenali.
b.
Sifat kata kerja.
Kata kerja digolongkan menjadi dua macam yaitu generik
dan tak generik. Kata kerja generik adalah kata kerja yang penggeraknya tidak
dapat menjadi informasi lama , yakni informasi yang tidak dapat disebut kembali
dengan pemerkah definisi ini dan itu. Sedangkan kata kerja tak generik yakni
bendayang mengikutinya dapat diikuti objek dan objeknya dapat disebut kembali
dengan pemerkah definisi ini dan itu.
c.
Kata kerja konteks.
Kata kerja konteks adalah kata kerja yang ditambahkan
pada kata kerja utama. Ada kata bantu ...... <yang menunjukan sikap batin :
harus,pasti,mungkin,ingin,suka,mau dan sebagainya> sedangkan kata kerja bantu
aspek <yang menunjukan keberlangsungan kerja,sudah,akan,belum,baru dan
sebagainya>.
d.
Proposisi positif.
Secara sederhana proposisi dapat diartikan sebagai
pertanyaan secara teknis dapat diartikan sebagai konfigurasi makna yang terjadi
dari hubungan antara unsur sabjek dan predikat serta unsur-unsur yang lain
dalam klausa atau kalimat atau apa yang dikemukakan oleh penutur/penulis, atau
tentang apa yang terungkap dalam sebuah teks wacana.
2. Konteks ekstra
linguistik
Macam-macam konteks ekstra linguistik yaitu :
a.
Peranggapan
Peranggapan adalah ungkapan yang sudah ada yang menjadi
syarat bagi benar salah satunya suatu kalimat . peranggapan itu merupakan
(pengetahuan) landasan bersama (camman ground) bagi pengguna bahasa. Stalnaker
(Brown dan yule 1983) menyatakan bahwa peranggapan adalah apa yang dimiliki
untuk dijadikan landasan bersama partisipasi dalam komunikasi verbal.
b.
Partisipasi
Partisipasi adalah orang yang berpartisipasi dalam
peristiwa itu. Semua pelaku yang partisipasi pada peristiwa itu disebut
partisipan.
c.
Topik dan kerangka topik
Topik adalah pokok isi sebuah wacana. Topik dalam sebuah
wacana dapat dikenali dengan pertanyaan, tentang apa yang di kemukakan oleh
penutur/penulis, atau tentang apa yang terungkap dalam sebuah teks wacana.
Topik merupakan pengikat satuan-satuan teks pembentuk wacana. Kalimat dalam
teks juga harus berisi informasi yang relevan dengan topik.
Dengan menggunakan topik tertentu suatu interaksi dapat
berjalan dengan lancar. Namun dalam kehidupan sehari-hari apa yang disebut
dengan topik sangat kompleks sehingga para ahli wacana menamakannya dengan
kerangka topik.
Kerangka topik adalah topik besar atau topik atasan yang
meliputi sejumlah topik bawahan. Jadi, istilah topik dan kerangka topik
diberlakukan manakala dalam teks terdapat topik atasan dan topik bawahan.
d.
Latar
Latar (seting) adalah konteks kewacanaan yang berupa
tempat, waktu dan peristiwa. Konteks tersebut sangat berpengaruh dalam
penggunaan satuan unsur wacana. Sebuah peristiwa berpengaruh dalam penggunaan
tuturan dalam wacana. Dalam peristiwa kecelakaan biasanya akan muncul
kalimat-kalimat :
Apkah ada yang meninggal?
Siapa yang bersalah?
Bagian yang ditanyakan juga bermacam-macam, bergantung
pada perhatian penutur.
e.
Saluran komunikasi
Lisan dan tulis itu merupakan saluran bahasa. Disamping
itu bahasa juga digunakan secara langsung (tanpa sarana/alat) atau juga secara
tidak langsung(dengan sarana/alat) dalam bahasa tulis, unsur isi diuyngkapkan
lebih lengkap daripada bahasa lisan.
f.
Kode
Istilah kode digunakan dalam model ini dengan pengertian
bahasa atau dialek beserta ragam-ragamnya : ragam baku, ragam resmi, ragam
akrab, ragam intim.
Anda tentu bersikap dengan kesungguhan ketika anda
mengikuti acara doa dituturkan dengan ragam resmi, bahkan ada yang menggunakan
ragam baku bahkan ragam yang tidak dapat diubah. Anda sebagai peserta doa,
lebih sering diharapkan pada satu pilihan sahutan saja, yaitu “aamiin”, dan
tidak boleh dengan kata lain yang bersinonim setuju.
D.
Tentang
Ko-Teks
Koteks adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif,
dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks satu memiliki hubungan dengan
teks lainnya. Teks lain tersebut bisa berada di depan (mendahului) atau di
belakang (mengiringi).
Keberadaan koteks dalam suatu struktur wacana menunjukkan
bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling berkaitan satu dengan yang
lain. Gejala inilah yang menyebabkan suatu wacana menjadi utuh dan lengkap.
Dengan demikian, koteks berfungsi sebagai alat bentu memahami dan menganalisis
wacana. Koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain.
Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks. Wujud koteks
bermacam-macam, dapat berupa kalimat, atau paragraf. Koteks disebut juga sebagai
konteks lingusitik.
Contoh
penggunaan koteks adalah sebagai berikut.
·
Terimakasih.
·
Jalan pelan-pelan! Banyak anak-anak.
Wacana dua adalah peringatan bagi orang yang akan
melewati jalan kampung. Apabila pejalan telah menaatinya misalnya dengan
mengurangi laju kendaraanya, maka wacana satu adalah satu ucapan yang diberikan
masyarakat setempat kepada pejalan. Salah satu teks tersebut berkedudukan
sebagai koteks (teks penjelas) bagi teks lainnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dibaca pada bab II maka dapat
penulis simpulkan bahwa bahasa merupakan suatu konsep yang luas yang dapat
diartikan dari berbagai aspek, seperti dari aspek sifat bahasa ialah alat
komunikasi manusia dalam bersosialisasi. Sedangkan Teks adalah bahasa yang
berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu
(menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi, berlainan dengan
kata-kata atau kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis.
Konteks itu sendiri adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks.
Secara garis besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks
linguistik dan konteks ekstralinguistik. Koteks adalah teks yang bersifat
sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks satu
memiliki hubungan dengan teks lainnya. Teks lain tersebut bisa berada di depan
(mendahului) atau di belakang (mengiringi).
B. Saran
Penulis menyarankan
agar pembaca dapat mengembangkan dan memahami apa itu bahasa, teks, konteks,
dan ko-teks. Sehingga pada akhirnya pembaca dapat menggunakan dan
bersosialisasi dengan baik dengan mempertimbangkan teks, konteks, dan ko-teks
yang baik itu seperti apa.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Brown,
Gillian dkk. 1996. Analisis Wacana. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
http://mogamigunani.blogspot.com/2009/10/kajian-wacana-teks-koteks-dan-konteks.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar