Minggu, 25 November 2012

kecocokan dimata keikhlasan



Kecocokan di Mata Keikhlasan

“kita tidak akan mati tanpa orang yang kita sayang” bisik enti kepadaku.
Aku tau betapa besar usaha sahabatku enti untuk menyadarkan ku bahwa aku harus bangkit dari keterpurukan ini.
Namun apa yang hendak di kata hatiku yang hancur dan terluka oleh penghianatan orang yang benar-benar aku sayang nyatanya jauh lebih kuat untuk membuatku terpuruk.
Aku mungkin hanya anak remaja yang baru beranjak dewasa, aku masih duduk di bangku sekolah tingkat atas dan kini semester terakhir ku di sekolah.
Karna ini semester terakhirku maka banyak teman-teman ku yang slalu datang dan membujuk ku agar kembali bersekolah dan menjadi anak yang periang lagi.
Aku dulunya tidak seperti ini, yang hanya bisa duduk, makan, tidur dan melamun di kamar. Aku dulunya anak yang periang tak pernah bersedih sedikitpun, jika ada teman yang sedih aku lah yang paling diandalkan untuk menghiburnya dan aku slalu berhasil. Tetapi kini semua berubah, aku enggan untuk hidup. Ini semua di karenakan penghianatan yang dilakukan oleh orang yang aku sayang.
Tak pernah terpikir oleh ku bahwa orang yang aku sayangi dan yang telaah ku percayai dua tahun belakangan ini menghianati ku dengan sahabatku sendiri.
Itu semua ku ketahui saat aku melihat dengan mesranya mereka berjalan dan bergandenggan tangan di sebuah mall di pusat kota.saat itu aku memang tengah tidak harmonis denganya, tetapi sungguh aku tak menyangka bahwa ia dengan cepatnya beralih hati dan mata.
“aku mau, aku tau, aku..” kata ku berhenti dengan air mata yang mengalir di pipiku. Enti sahabatku slalu ada disampingku dan ia tidak pernah menyerah menyemangatiku hingga detik ini.
“sudah lis jangan kau tangisi lagi, ini bukan salahmu”ujar enti. “aku mau, aku tau, tapi aku tak pernah sedetikpun untuk berhianat, kenapa dia dengan begitu mudah meninggalkan ku dan tidak merasakan apa pun, apa arti dua tahun yang kami lalui bersama? Apa arti cincin yang ia berikan? Dan apa arti janji setianya?” pekik ku.
Enti hanya diam dan mengelus pundak ku, air mata mengalir bagai hujan yang diselimuti awan hitam tebal, yang sukar di hentikan.hening kamar ku, enti menatap ku penuh kasih. Aku melihat betap besar kasih yang dimiliki sahabatku ini untuk ku, dan aku teringat ray kenapa dia tidak memiliki kasih seperti enti kepada ku. Kembali pecah hening dikamar karena tangis ku.
Dua minggu berlalu, dan ibu hanya menitip pesan setiap paginya “pergi lah kesekolah dan lihat apa dia bahagia”. Aku tak pernah mengerti kenapa ibu menyuruhku melihatnya bahagia? Tentu jika aku melihatnya aku akan semakin terpuruk maka aku enggan sekolah.
Pagi ini dan hari ini berbeda aku merasa bergairah dan memiliki sedikit semangat, entah dari mana datangnya semangat ini. Aku mandi pagi-pagi sekali dan sudah siap berangkat sekolah, ibu pun tersenyum melihatku aku membalas senyum ibu. Aku bisa menebak apa yang ada di pikiran ibu, tentu ia heran dan senang mengapa aku sudah siap sekolah pagi ini, namun lagi-lagi ibu hanya berkata “pergi lah dan lihat apa dia bahagia”. Aku tersenyum dan bergerak untuk kesekolah.
Sesampainya disekolah aku disambut hangat teman-teman ku, harapan hatiku untuk tidak melihat ray pagi ini disekolah terwujud. Dua pelajaran aku lewati dengan cukup senang, dan teman-teman ku terlihat sangat bahagia melihat ku kembali bersekolah. Jam istirahat kedua aku dan enti pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku, aku banyak ketinggalan tugas sehingga harus ku selesaikan dengan cepat.
Sesampainya di perpustakaan kaki ku terhenti, mata ku terfokus pada dua orang yang tengah melihatku juga, ya itu ray dan santi. Mantan kekasih dan mantan sahabatku. Aku coba menguatkan hati, walau sebenarnya air mata ku ingin sekali meluncur dari kelopak mata. Ketika aku tengah mencari buku, ray dan santi menghampiri ku. Aku diam tak tau harus berbuat apa, ray menyapa ku begitu juga dengan santi. Aku hanya membalas senyum, lalu ray pun mengeluarkan kata minta maaf kepada ku, ia menyesal telah membuat ku terluka, begitu juga santi. Mendengar itu air mata ku pun tak tertahan lagi, aku menangis.
Ray dan santi terlihat panik, namun entah kenapa aku langsung menghapus air mata ku. Aku menarik nafas dalam setelah itu aku dengan hati yang besar berkata “aku memaafkan kalian, aku tau tak pernah ada yang tau arti sebuah kecocokan dan ketercocokan jika mereka melihat hanya sebelah mata”.
Setelah kejadian itu aku pun kembali pada diri ku yang dulu, aku melakukan semua aktifitas tanpa melihat kejadian yang pernah menimpa ku. Dan aku dapat mengambil belajaran dari semua hal yang telah ku lalui, bahwasanya kita tidak akan dapat melihat suatu kecocokan jika kita tidak memberi keikhlasan sebelumnya.
BB_02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar