Kecocokan di Mata Keikhlasan
“kita tidak akan mati tanpa orang yang kita
sayang” bisik enti kepadaku.
Aku tau betapa besar usaha sahabatku enti
untuk menyadarkan ku bahwa aku harus bangkit dari keterpurukan ini.
Namun apa yang hendak di kata hatiku yang
hancur dan terluka oleh penghianatan orang yang benar-benar aku sayang nyatanya
jauh lebih kuat untuk membuatku terpuruk.
Aku mungkin hanya anak remaja yang baru
beranjak dewasa, aku masih duduk di bangku sekolah tingkat atas dan kini semester
terakhir ku di sekolah.
Karna ini semester terakhirku maka banyak
teman-teman ku yang slalu datang dan membujuk ku agar kembali bersekolah dan
menjadi anak yang periang lagi.
Aku dulunya tidak seperti ini, yang hanya
bisa duduk, makan, tidur dan melamun di kamar. Aku dulunya anak yang periang
tak pernah bersedih sedikitpun, jika ada teman yang sedih aku lah yang paling
diandalkan untuk menghiburnya dan aku slalu berhasil. Tetapi kini semua
berubah, aku enggan untuk hidup. Ini semua di karenakan penghianatan yang
dilakukan oleh orang yang aku sayang.
Tak pernah terpikir oleh ku bahwa orang
yang aku sayangi dan yang telaah ku percayai dua tahun belakangan ini
menghianati ku dengan sahabatku sendiri.
Itu semua ku ketahui saat aku melihat
dengan mesranya mereka berjalan dan bergandenggan tangan di sebuah mall di
pusat kota.saat itu aku memang tengah tidak harmonis denganya, tetapi sungguh
aku tak menyangka bahwa ia dengan cepatnya beralih hati dan mata.
“aku mau, aku tau, aku..” kata ku berhenti
dengan air mata yang mengalir di pipiku. Enti sahabatku slalu ada disampingku
dan ia tidak pernah menyerah menyemangatiku hingga detik ini.
“sudah lis jangan kau tangisi lagi, ini
bukan salahmu”ujar enti. “aku mau, aku tau, tapi aku tak pernah sedetikpun
untuk berhianat, kenapa dia dengan begitu mudah meninggalkan ku dan tidak
merasakan apa pun, apa arti dua tahun yang kami lalui bersama? Apa arti cincin
yang ia berikan? Dan apa arti janji setianya?” pekik ku.
Enti hanya diam dan mengelus pundak ku, air
mata mengalir bagai hujan yang diselimuti awan hitam tebal, yang sukar di
hentikan.hening kamar ku, enti menatap ku penuh kasih. Aku melihat betap besar
kasih yang dimiliki sahabatku ini untuk ku, dan aku teringat ray kenapa dia
tidak memiliki kasih seperti enti kepada ku. Kembali pecah hening dikamar
karena tangis ku.
Dua minggu berlalu, dan ibu hanya menitip
pesan setiap paginya “pergi lah kesekolah dan lihat apa dia bahagia”. Aku tak
pernah mengerti kenapa ibu menyuruhku melihatnya bahagia? Tentu jika aku
melihatnya aku akan semakin terpuruk maka aku enggan sekolah.
Pagi ini dan hari ini berbeda aku merasa
bergairah dan memiliki sedikit semangat, entah dari mana datangnya semangat
ini. Aku mandi pagi-pagi sekali dan sudah siap berangkat sekolah, ibu pun
tersenyum melihatku aku membalas senyum ibu. Aku bisa menebak apa yang ada di
pikiran ibu, tentu ia heran dan senang mengapa aku sudah siap sekolah pagi ini,
namun lagi-lagi ibu hanya berkata “pergi lah dan lihat apa dia bahagia”. Aku
tersenyum dan bergerak untuk kesekolah.
Sesampainya disekolah aku disambut hangat
teman-teman ku, harapan hatiku untuk tidak melihat ray pagi ini disekolah
terwujud. Dua pelajaran aku lewati dengan cukup senang, dan teman-teman ku
terlihat sangat bahagia melihat ku kembali bersekolah. Jam istirahat kedua aku
dan enti pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku, aku banyak ketinggalan
tugas sehingga harus ku selesaikan dengan cepat.
Sesampainya di perpustakaan kaki ku
terhenti, mata ku terfokus pada dua orang yang tengah melihatku juga, ya itu ray
dan santi. Mantan kekasih dan mantan sahabatku. Aku coba menguatkan hati, walau
sebenarnya air mata ku ingin sekali meluncur dari kelopak mata. Ketika aku
tengah mencari buku, ray dan santi menghampiri ku. Aku diam tak tau harus
berbuat apa, ray menyapa ku begitu juga dengan santi. Aku hanya membalas
senyum, lalu ray pun mengeluarkan kata minta maaf kepada ku, ia menyesal telah
membuat ku terluka, begitu juga santi. Mendengar itu air mata ku pun tak
tertahan lagi, aku menangis.
Ray dan santi terlihat panik, namun entah
kenapa aku langsung menghapus air mata ku. Aku menarik nafas dalam setelah itu
aku dengan hati yang besar berkata “aku memaafkan kalian, aku tau tak pernah
ada yang tau arti sebuah kecocokan dan ketercocokan jika mereka melihat hanya
sebelah mata”.
Setelah kejadian itu aku pun kembali pada
diri ku yang dulu, aku melakukan semua aktifitas tanpa melihat kejadian yang
pernah menimpa ku. Dan aku dapat mengambil belajaran dari semua hal yang telah
ku lalui, bahwasanya kita tidak akan dapat melihat suatu kecocokan jika kita
tidak memberi keikhlasan sebelumnya.
BB_02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar