E.
JENIS-JENIS PARAGRAF JURNALISTIK
Paragraf berdasarkan jenisnya, dikelompokkan
kedalam: (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf campuran,
(4) paragraf perbandingan, (5) paragraf pertanyaan, (6) paragraf sebab-akibat,
(7) paragraf contoh, (8) paragraf perulangan, dan (9) paragraf definisi
(tarigan, 1981:30-34).
1.
Paragraf
deduktif
Paragraf yang dimulai dengan kalimat utama
disusul dengan penjelsaan atau uraian secara lebih perinci dengan mengikuti
pola urutan pesan dari umum ke khusus, disebut paragraf deduktif.
2.
Paragraf
induktif
Paragraf yang dimulai dengan kalimat penjelas
yang menekankan bagian-bagian atau unsur-unsur terkecil disusul dengan
penjelasan bagian-bagian yang lebih besar kemudian diakhiri dengan kesimpulan
atau kalimat penegas, disebut paragraf induktif. Dalam paragraf induktif urutan
pesan dimulai dari khusus ke umum.
3.
Paragraf
campuran
Paragraf campuran sesungguhnya merupakan
gabungan beberapa unsur paragraf deduktif dan paragraf induktif. Bahasa
jurnalistik, kurang menyukai paragraf campuran karena cenderung menyulitkan
pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk cepat mengambil kesimpulan mengenai
pokok pikiran yang terdapat dalam suatu paragraf.
4.
Paragraf
perbandingan
Suatu paragraf disebut sebagai paragraf
perbandingan apabila kalimat utama yang biasanya ditempatkan pada awal
paragraf, membandingkan dua hal mengenai unsur-unsur sifat atau keadaan yang
tedapat didalamnya.
5.
Paragraf
pertanyaan
Yang disebut paragraf pertanyaan adalah
paragraf yang bertujuan untuk mempertanyakan atau menggugat sesuatu dengan
mengajukan kalimat pertama atau kalimat kedua diawal paragraf jurnalistik.
6.
Paragraf
sebab-akibat
Paragraf yang disusun berdasarkan urutan logis
disebut paragraf sebab-akibat. Artinya, kalimat utama dalam paragraf
dikembangkan kedalam urutan sebab dan akibat.
7.
Paragraf
contoh
Paragraf yang disusun dengan menunjukkan
banyak contoh pada kalimat utama, kalimat pengembang, dan kalimat penjelas,
disebut paragraf contoh.
8.
Paragraf
perulangan
Paragraf yang melakukan perulangan kata,
istilah, frasa, atau klausa, dalam susunan kalimat yang berbeda tetapi masih
dalam satu paragraf jurnalistik yang sama, disebut paragraf perulangan.
9.
Paragraf
definisi
Paragraf yang menunjukkan suatu istilah atau
konsep pada kalimat utama dan istilah atau konsep itu masih memerlukan uraian
serata penjelasan perinci pada kalimat-kalimat berikutnya, disebut paragraf
definisi.
F.
KUALITAS PARAGRAF JURNALISTIK
Manurut seorang pakar bahasa, kriteria
kualitas paragraf menunjuk kepada enam hal, yaitu (1) isi paragraf berpusat
hanya pada satu hal saja, (2) isi paragraf relevan dengan isi karangan, (3) paragraf
harus menyatu dan padu, (4) kalimat topik harus dikembangkan dengan jelas dan
sempurna, (5) struktur paragraf harus bervariasi, dan (6) paragraf tertulis
dalam bahasa indonesia yang benar dan baik (tarigan, 1981:36). Dalam buku ini,
sesuai dengan perspektif bahasa jurnalistik, saya tambahkan tiga lagi sehingga jumlahnya
menjadi sembilan, yaitu (7) singkat dan padat, (8) logis dan sistematis, dan
(9) memiliki karakter yang khas.
1.
Satu
hal saja
Paragraf jurnalistik yang baik hanya
memusatkan bahasan pada satu hal atau satu ide saja. Seorang penulis atau
jurnalis, ibarat sedang memotret, harus dapat mengambil objek bidikannya secara
fokus. Dengan pemotretan terfokus dan sudut pengambilan yang tepat, maka gambar
yang dihasilkan akan terlihat tajam, tegas, jelas, dan berkarakter.
2.
Relevan
Relevan artinya berkaitan atau sesuai dengan
pokok bahasan. Tidak meyimpang dari topik. Paragraf yang baik harus
mencerminkan keseluruhan isi paparan karya jurnalistik yang disusun dan
disajikan oleh penulis atau jurnalis (Sumadiria, 2004:31).
3.
Menyatu
dan padu
Paragraf jurnalistik harus memenuhi prinsip
kesatuan (unity) dan prinsip pertautan (coherence). Prinsip kesatuan mencakup
tiga unsur. Sifat, isi, tujuan. Artinya, masalah apapun yang kita kupas dalam
karya jurnalistik tidak boleh keluar dari koridor ini.
4.
Jelas
dan sempurna
Kalimat utama yang terdapat dalam paragraf
jurnalistik harus dikembangkan dan diperinci dengan jelas dan sempurna. Tidak
boleh terjadi, kalimat-kalimat yang ada dalam satu paragraf menunjukkan adanya
pertentangan dengan kalimat utama atau bahkan menegasikannya.
5.
Harus
bervariasi
Paragraf jurnalistik harus bervariasi. Ini
syarat mutlak. Tak bisa ditawar-tawar lagi. Variasi pada jurnalistik terletak
pada pilihan kata atau diksi, penempatan frasa atau klausa.
6.
Benar
dan baik
Bahasa jurnalistik merujuk sekaligus tunduk
kepada kaidah bahasa baku. Pertama, bahasa jurnalistik harus benar menurut
kaidah tata bahasa. Kedua, bahasa jurnalistik juga harus baik menurut
pertimbangan situais dan kondisi sosiologis, psikologis, dan etis.
7.
Singkat
padat
Singkat berarti hanya menggunakan kata-kata
yang penting, terukur, fungsional. Singkat dengan demikian bisa diartikan tidak
boros kata-kata, seperlunya saja. Sedangkan padat, berarti sarat informasi.
8.
Logis
dan sistematis
Seluruh uraian yang terdapat dalam paragraf
jurnalistik harus logis. Logis berarti sesuai dengan atau dapat diterima
menurut pertimbangan akal sehat (common sense). Logis kata-katanya,logis frasa
dan kalausanya, logis kalimat-kalimatnya. Kelogisan itu juga tersaji secar
sistematis. Sistematis berarti deretan kata dan kalimat yang terdapat dalam
setiap paargraf jurnalistik, tertata dengan baik, runtut, bagaikan aliran air
sungai dari hulu ke hilir.
9.
Memiliki
karakter khas
Karakter itu hanya mungkin muncul dalam
paragraf-paragraf jurnalistik apabila kita sebagai penulis atau jurnalis, sejak
awal memiliki dan mengembangkan karakter atau gaya penulisan yang khas.
untuk masukan , sebaiknya gaya tulisannya diganti dengan gaya yang mudah untuk dibaca , bisa menggunakan times new roman
BalasHapus